Jakarta.

Universitas Trisakti mengadakan Upacara Bendera setengah tiang secara daring (online) untuk mengenang kasus tragedi Trisakti serta memberikan penghormatan kepada para orangtua keempat mahasiswa korban tragedi Trisakti 12 Mei 1998. Keempat mahasiswa tersebut adalah: Hendriawan Sie (Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen/Angkatan 1996), Hery Hartanto (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Mesin/Angkatan 1995), Hafidin Royan (Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan/Angkatan 1995), dan Elang Mulia Lesmana (Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Arsitektur/Angkatan 1996).

Dalam keterangan video YouTube Universitas Trisakti dengan judul "Upacara Peringatan Tragedi 12 Mei 1998" yang berdurasi 1 jam 40 menit 58 detik dijelaskan bahwa dalam rangka memperingati Hari Pahlawan Reformasi Universitas Trisakti, sesuai dengan SK Rektor No. 234/USAKTI/SKR/IX/1998 tanggal 23 September 1998 tentang Penetapan tanggal 12 Mei sebagai Hari Pahlawan Reformasi Universitas Trisakti, dan berdasarkan Surat Edaran Rektor No.007/HK.00.03/USAKTI/R/IV/2020 tentang Perpanjangan Kembali Masa Belajar dari Rumah Pasca Pembatasan Berskala Besar di Provinsi DKI Jakarta, maka dengan ini diinstruksikan kepada seluruh Sivitas Akademika wajib untuk mengikuti upacara bendera secara online yang dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 12 Mei 2020, pukul 08.00 Wib yang bisa diikuti melalui laman media sosial YouTube, Facebook dan Instagram Universitas Trisakti.

Upacara Online dipimpin oleh Pembina Upacara yaitu Prof. DR. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Trisakti. Dalam amanat yang disampaikan, Rektor Universitas Trisakti mengatakan upacara dilakukan secara online untuk mengenang 4 orang mahasiswa Pahlawan Reformasi yang telah gugur 22 tahun lalu. Mereka memperjuangkan dengan nyawanya, agar dilakukan reformasi dan pemberantasan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) demi tegaknya demokrasi serta terwujudnya keadilan, kesejahteraan dan kemajuan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Prof. DR. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., mengatakan 22 tahun bukanlah waktu yang pendek, dalam kurun waktu tersebut telah banyak upaya yang dilakukan agar penuntasan Kasus Trisakti12 Mei 1998 dapat terselesaikan. Namun sampai saat ini, penyelesaian kasus tersebut belum juga menemukan titik terang. Ditambahkan Rektor Trisakti tersebut untuk kedepannya, mungkin perlu diupayakan adanya terobosan-terobosan lain agar penyelesaian Kasus Trisaksi 12 Mei 1998 dapat diselesaikan secara tuntas.

"Sebagai umat beragama kita harus dapat saling memaafkan. Oleh karenanya, di kalangan pelaku sejarah peristiwa tragedi Trisakti 12 Mei 1998 dikenal dengan slogan "we can forgive, but we cannot forget". Kita dapat memaafkan, tetapi kita tidak akan pernah melupakan tragedi mahasiwa dalam kampus Trisakti pada 12 Mei 1998," terangnya.

Rektor Trisakti ini mengajak agar seluruh aktivis, seluruh sivitas akademika Trisakti, agar selain memperjuangkan penuntasan Kasus Trisakti, serta juga terus memperjuangkan esensi dari reformasi. Menurutnya ada hal penting lain yang perlu diperjuangkan yaitu tetap melanjutkan cita-cita perjuangan pahlawan reformasi untuk untuk mewujudkan keadilan, pemerataan kemajuan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Saat ini di Negara Indonesia serta negara lain dilanda pandemik virus Covid-19, agar segenap sivitas menerapkan pola hidup bersih dan sehat, serta mematuhi protokol penanganan kesehatan virus Covid-19 dan juga mempercepat penanganan dampak pandemik virus ini, yang kita sebagai komunitas ilmiah juga dapat melakukan kontribusi," himbau Prof. DR. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D.